Beberapa hari yang lalu, di milis telematika ada yang posting tetnang kehebatan anak SMP yang membuat produk IT. mereka2 ini kemudian dipuji dan disanjung2 seperti pahlawan sampai memberikan kuliah umum di ITB. Beritanya ada disini, disini, disini, googling juga banyak kok. malahan mereka sampai ditawarin paten segala.
Bukannya sirik dengan kemampuan anak2 ini. cuman dari berita yang ada, hanya memberitakan satu sisi saja yaitu euforia “made in indonesia”. saya adalah seorang engineer, dimana seorang engineer emang suka dengan detil teknis dari sebuah teknologi. saya pengen tau, anak2 kecil itu bikin produk pake komponen apa? framework apa yang dipakai? XML, JSON, jquery, CMS atau apa? apakah mereka develop dari nol, modifikasi punya orang, atau bagaimana? saya ingin tahu. saya sendiri juga seorang programmer, dan saya tahu untuk bikin website/program itu adalah tidak mudah. Apalagi yang buat adalah anak SMP, saya pengen tahu udah berapa lama pengalaman dia membuat program. sayangnya media tidak mengcover itu. sayapun tidak terlalu peduli, kalo memang benar, ya pantas diacungi jempol.
Beberapa hari kemudian, ada berita kesangsian produk mereka ini:
- Tentang artav antivirus. ada yang sangsi bahwa itu murni buatan mereka. artikelnya ada disini, dan disini.
- Tentang salingsapa.com. ternyata si anak bukan membuat situs sendiri dari nol. dia pake CMS jcows. tau darimana? view source aja ketika visit kesana, ntar keliatan itu dari jcows. tritnya ada disini.
tanggapan saya:
- Terus terang saya merasa senang dan sedih. saya senang karena anak2 kecil itu memilih bikin produk daripada anak2 lain yang maen game ngak karu-karuan.
- tentang salingsapa.com, yang tepat menurut saya adalah membahas bagaimana cara anak tersebut memasarkan situsnya sehingga dipakai banyak orang. karena sudah jelas banget itu website bukan dia yang buat. bisa jadi beli dari jcows & modifikasi sana-sini. jadi anak ini mungkin bisa jadi internet marketer handal, belum jadi seorang jagoan IT.
- Yang lucu adalah sementara kita berdiskusi dimilis, rupanya situs salingsapa.com juga buru2 dirubah. sehingga menampilkan sumber codenya yaitu jcows. gambarnya bisa dilihat dibawah:
- pendapat dari mpu gondrong: Minggu, 13/02/2011 8:57:47, anishariri menulis:agc> Yup, menurut saya juga tidak ada masalah dengan CMS jcow. Kalau
agc> beli premium memang dapat hak untuk tidak menampilkan logo jcow,
agc> bahkan yang free sekalipun, CMIIW.Setidaknya, publik harus tahu bagaimana proses pembuatannya. OK-lah dia hanya user atau pengguna, tapi kesan seperti itu tidak muncul di media (awalnya). Saya baru lihat lagi di situsnya, ternyata sudah ditampilkan “Developed from jcow SNS by Muhammad Yahya Harlan”.Nah, publik kadung mencap dia berbohong (saya juga baru tahu ada trit ini): http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7023621
agc> Yang di kaskus itu tetang software OS, bukan anti virus. Tidak
agc> ada salahnya juga ngambil kode-kode orang. Memang sebaiknya nanti
agc> disebutkan sumber-sumbernya. Dan tidak masalah juga untuk
agc> mendaftarkan merk, meski hasil modifikasi dari beberapa sumber.Gawat donk itu gan, mosok s/w buatan orang diaku buatan sendiri, diupload ke publik lagi. Memang itu yg OS bukan yg anti virus, tapi ada usaha tidak sehat dari ybs. Publik wajib tahu komponen2 yg
digunakan, buatlah ini di dokumentasi tersendiri. Jangan2 engine + db virusnya buatan orang, kita gak tahu khan?Membangun s/w sekarang ini memang cenderung jadi koki, tukang aduk2 komponen dari berbagai sumber. Namun kreditasi dari karya orang lain wajib disebut. Ini yg harusnya diajarkan ke generasi muda sejak dini, menghargai karya orang lain. Panitia acara harus menyeleksi sejak awal, jangan membuat eforia semu yg malah kontraproduktif.
Terkait antivirus, ada kok pihak2 berkompeten di Indonesia, seperti pembuat PC-MAV. Dia bisa jadi narasumber untuk menguji kesahihan produk seperti ARTAV. Jangan basa-basi semata, seperti (praktisi IT) Ruby Alamsyah yg mengetest flash disk, ketemunya Yuyun. Track record penguji belum jelas di antivirus. Praktisi2 IT lain, apalagi akademisi, paling numpang ngantuk di acara ITB kemarin.
Nanti berpotensi seperti trit di atas, pembohongan publik. Tahu sendiri, publik di sini gampang menyanjung orang, dan gampang menjatuhkan pula. Sakitlah bow, diangkat tinggi lalu dibanting keras.
- saya setuju dengan mpu gondrong. wajib mencantumkan dengan jujur komponen produknya.
saya masih ingat ketika kuliah diluar, di negara tetangga, disini sangat memperhatikan betul tentang referensi. semua kata yang ada di paper kita harus jelas sumbernya, apakah dari hasil sendiri atau baca dari orang lain. buat yang ambil PhD apalagi, nama supervisor bisa jadi taruhan. hehehe plagiariarisme benar2 jadi concern besar disini. melakukan plagiarisme adalah seperti melakukan kejahatan berat, ini contoh policy tentang plagiarisme.kalo indo mau maju, perlu diajarin cara menghargai hasil karya orang lain. plagiarisme perlu direpresi. salah satunya dengan menulis jujur sumber komponen dari produk/tulisan kita.
- issue yang lain adalah paten. apa benar produk jiplakan bisa dijadikan paten? paten itu urusannya lama loh, bukan seperti ngurus merk atau logo. sebuah produk harus dibongkar & dipastikan tidak mengandung unsur2 lain (jika ngakunya 100% buatan sendiri). kemudian didiamkan beberapa lama sampai ngak ada yang komplain, baru deh patennya jadi. kebayang kan gimana perasaan programmer aslinya melihat hasil kerjanya dibajak seenak perut oleh orang lain?
- Saya bukan alumni ITB, tapi menurut saya untuk kampus sekaliber ITB, masak ngak pasang filter dulu sih tentang pembicara di kampus mereka? ITB gitu loh… itu akademisi/praktisi disana gimana? kok mau-mau aja diceramahin ama anak kecil… hehehe
update: konfirmasi dari jcows tentang lisensi salingsapa, dapat dibaca disini.
URL pendek: http://bit.ly/h7utiv
ya mungkin bener mas klo mereka belum jelas ke-absahan dan kredebilitas mereka di dunia IT, tapi kita tetep harus salut dengan usaha dan itikad mereka terlepas apa yg sudah diberitakan. klo dari sisi praktisi IT mungkin agak2 hitam putih tapi tetep kita salut ketimbang hanya bisa maen Game Online..thanks deh buat pemikirannya..
salam Mas,
kalo tentang niat anak2 tersebut tentang dunia IT, saya salut dengan mereka seperti telah saya tulis diatas.
namun yang perlu diperhatikan adalah caranya. niat baik cara tidak baik, hasilnya tidak baik.
salingsapa.com mengklaim bahwa situs tersebut adalah dia yang buat. klaim ini dapat dibaca pada media yang memberitakannya.
nah klaim ini perlu didukung bukti yang kuat. ternyata salingsapa.com menggunakan cms jcows. nah ini problemnya.
akan lebih baik jika salingsapa.com membuat klarifikasi di websitenya tentang pemberitaan media. dalam klarifikasi dia kan bisa nulis, “halo semua, saya pake lisensi xxx dari jcows, dimana dengan lisensi ini saya boleh begini dan begitu. terkait dengan pemberitaan bahwa situs ini adalah 100% buatan sendiri, itu adalah tidak benar, karena saya download dari jcows trus saya permak”.
jika sudah begini, saya rasa akan cepat kelar disputenya…
Mantab gan, disalin ulang di blog. Saya tambahkan ya, copas dari email terakhir (hehe).
Intinya begini, kedua anak itu (Arrival dan Harlan), termasuk sponsor2nya (ortu, panitia, media), sama sekali tidak menyebutkan kontribusi pihak lain. Apakah perlu? Ya, karena dengan alasan originalitas inilah keduanya mendapat publikasi luas dari akademisi dan media. Klaim yg ternyata tidak benar ini, tentu menyeret keduanya melakukan plagiarisme.
Saya sudah katakan dari awal, di era sekarang programmer / developer itu condong sebagai koki, tukang aduk2 komponen dari berbagai sumber. Namun etika tetaplah etika. Diwajibkan atau tidak, kontribusi yg dirasa perlu dan mendasar haruslah disebut (lisan / tulisan / dokumentasi / publikasi). Itu namanya menghargai hasil karya orang lain.
jangan melihat sesuatu dari setengah gelas kosong sdah bruntung ada anak smp yg melek it
Terima kasih atas ulasannya, Pak. Mohon izin untuk share di facebook. Saya kebetulan juga berada sekitar di TKP ketika ada acara kuliah umum tentang hal tersebut, tetapi baru tahu waktu pulang ke kost dari teman satu kost yang kebetulan lihat di TV. Saya salut dengan anak-anak tersebut karena sudah bisa memanfaatkan waktu dengan baik dibandingkan kebanyakan anak di Indonesia. Pada awalnya kaget dan kagum juga karena baru SMP sudah bisa membuat web dan software, saya saja baru belajar membuat GUI. Tetapi baru dua hari ternyata sudah terdengar kabar tentang plagiarisme dan lain-lain. Seharusnya media tidak perlu mengekspos secara berlebihan. Saya juga berharap mereka tetap semangat untuk berkembang karena saya yakin mereka memilki potensi yang sangat besar untuk masa depan.
[…] di milis masih terus berlanjut terkait dengan berita 3 bocah jago IT. hal yang dibahas adalah sekitar plagiarisme,pro plagiarisme, salingsapa.com, dan lisensi. rupanya […]
Judulnya “3 Bocah…”. Tapi yang dibahas cuman 2.
Yang satunya lagi (Fahma) kan dah menang lomba APICTA.
silahkan di share mas…
sekali lagi, tulisan ini bukan untuk meruntuhkan mental, tetapi justru untuk menambah wawasan seperti apa kalo membuat software…
Meskipun kita salut dengan anak2 tersebut, jangan sampai kita menjadi permisif terhadap sebuah etika moral. “Masih mending belajar IT, drpd maen game”(Xendesktop) atau “sudah beruntung ada yg melek IT” (dwi 06), statement tersebut menurut saya sangat tidak tepat untuk pengembangan generasi muda. Hei, benar mereka sangat ingin maju, tp tugas orang tua dan khalayak lah yang harus menjadi barier mereka, apalagi insan2 yang expert dibidang IT. Kalau perlu, sebelum media memblow-up, kasih dulu pengarahan ke mereka. Beri pencerahan, bagaimana kreativitas mereka untuk terus maju tapi tidak juga membohongi publik. Karena saya yakin, anak2 inipun tidak tahu apa maksud dari plagiarism dll, mereka ingin kreatif. Tapi jangan juga orang tuanya ingin bangga dengan sebuah ketenaran semu. Maju terus anak indonesia.
saya kemarin ikut nonton langsung, dan awalnya acaranya direncanakan untuk internal STEI saja. agenda acaranya justru lebih seperti ‘sidang’ tapi disesuaikan untuk usia peserta sehingga tidak jadi menyeramkan atau menegangkan. para ‘penguji’ pun berpendapat bahwa mereka sebaiknya tidak dibebani harapan yang berlebihan dan dibiarkan menikmati masa muda mereka dengan mempelajari pengetahuan yang mereka suka dan semampunya.
satu hal positif dari kegiatan tsb buat saya adalah antusiasme adik-adik kita. antusiasme ini mesti diperhatikan dan dibimbing supaya berkembang ke arah yang baik. Adanya kontak oleh tvone ke dua menteri yang ‘ditodong’ komitmen dukungan seperti menggratiskan pendaftaran hak cipta (tetapi tidak menjanjikan akan diterima, kan?) atau memberikan beasiswa pun menunjukkan bahwa jalan berikutnya tidak dipersulit tapi tetap mengikuti aturan.
persoalan mau diceramahi oleh yang lebih muda, saya pikir kalau tidak diberi kesempatan bicara bagaimana bisa tahu kemampuan mereka seperti apa? apakah betul2 menguasai topik yang dipresentasikan atau tidak.
apakah karena mereka masih kecil lalu begitu saja tidak mau didengar?
saat menonton pun saya sempat memeriksa source halaman depan dan membuat twit bahwa salingsapa menggunakan jcow. Apakah Anda sudah menghubungi pihak pengembang situs perihal lisensi ini sebelum membuat tulisan bahwa salingsapa melanggar lisensi?
perihal judul artikel yang ada di media, saya pikir itu memang ciri khas media massa dan tidak hanya di Indonesia.
tentang salingsapa yang melangar lisensi, sudah saya klarifikasi di sini:
http://achmad.glcnetworks.com/2011/02/14/plagiarisme-lisensi-illegal-salingsapa-com/
Salam,
saya sudah baca tulisan sebelumnya. maksud saya, menghubungi ke pengembang situs salingsapa bukan ke pengembang jcow. 🙂
tentang ceramah dari anak kecil, yang saya kurang sreg adalah kepada panitianya. kenapa tidak aware terhadap plagiarism & license? sehingga kalo mau ditulis lengkap:
“kok mau-mau aja diceramahin ama anak kecil yang plagiat & menggunakan lisensi illegal”.
kenapa kampus ITB tidak aware terhadap hal ini? kenapa panitia tidak memeriksa dahulu plagiarism & lisensi SS?
Perihal tentang menjanjikan paten, menjanjikan beasiswa, dll, bisa jadi sebagai pemanis. saya pernah dengar sendiri seorang menteri olahraga yang berbicara didepan siswa termasuk saya bahwa beliau akan menyumbang gym & peralatannya ke sekolah saya. nyatanya? ngak pernah diberikan.
tentang konfirmasi terhadap pihak SS, saya merasa tidak perlu melakukan hal tersebut. mungkin mas Peb mau menjelaskan kenapa perlu? atau membantu saya melakukannya?
salam,
perihal konfirmasi pihak SS, menurut saya perlunya ada di niat meluruskan atau mengingatkan. apakah mereka yang sengaja melanggar atau tidak membaca lisensi dengan teliti. lagi-lagi, perlakuan terhadap mereka yang masih kecil jangan dibebani dengan tuntutan yang berlebihan (seperti mengetahui aspek hukum dll yang mahasiswa pun belum tentu tahu). Saya sendiri kemarin hanya penonton dan tidak berhubungan dengan tim pengembang SS.
melimpahkan kesalahan ke panitia apalagi ke ITB sebagai kampus sepertinya kurang relevan mengingat sebetulnya acara ini mendadak dihubungi pihak televisi yang tadinya hanya ditujukan untuk kalangan terbatas (kurang dari 30 orang) tiba-tiba dalam waktu kurang dari 2 hari dipindahkan dan disiarkan secara langsung (atas permintaan dari stasiun televisi ke rektor untuk menggunakan aula) yang artinya memang tidak ada panitia yang dibentuk dan direncanakan sejak awal kecuali mungkin kru program televisi yang bersangkutan yang mengatur jalannya acara (termasuk menghubungi para mentri, dan segmen drama).
[…] This post was mentioned on Twitter by Indra Chaidir, Donny Kurnia. Donny Kurnia said: 3 Bocah Jago TI, plagiarisme, & pembodohan publik? at Achmad Mardiansyah's Journal – http://bit.ly/hkXMqj […]
@Peb: menurut anda sendiri bagaimana seharusnya?
[…] ga perlu bahas lebih dalam lagi mengenai 3 bocah tersebut karena Anda bisa membacanya disini, diblog tersebut membahas cukup jelas mengenai ke-3 bocah […]
update terbaru http://achmad.glcnetworks.com/2011/02/15/email-konfirmasi-kedua-dari-jcows-net-tentang-ss/
Terlepas dari kontroversi tentang keabsahan, ijinkan saya untuk salut dulu kepada anak-anak ini, mengingat usia mereka yang masih dini tetapi bisa ngoprek software walau punya orang.
Sy setuju dengan pendapat empu gondrong bahwa kita ini koki tukang masak software dasar sebagai bumbunya. Ironisnya bangsa kita belum bisa menciptakan bahasa pemograman asli punya bangsa sendiri. selalu meracik dan meracik. Nah ilmu racik meracik ini juga dipakai microsoft dengan menyedot habis ilmu under DOS dan mengklaim itu punya mereka. Jadi kesimpulannya, di lingkup teknologi IT yang begitu luas, sudah terlalu sulit bagi kita untuk mencitrakan 100% karya sendiri (buktinya seperti platform website ini juga khan ?). Jadi saya hanya menyarankan agar kita bersatu dalam komunitas IT bangsa ini agar kita di segani bangsa lain di dunia dalam hal intektual IT kita. Contohnya para hacker China itu mas.
@tamu:
tentang sanjung menyanjung anak2 tsb, udah saya tulis juga diatas.
tentang menciptakan bahasa pemrogramman, saya rasa tidak terlalu signifikan pengaruhnya terhadap kemajuan industri software indonesia. dulu udah ada yang bikin bahasa pemrograman versi indonesia. salah satunya SSS (sony sugema script), namun ndak banyak yang make tuh. bisa jadi karena feature bahasa tsb yang kurang, perlu adaptasi, syntaxnya aneh, dll.
tentang microsoft & DOS, microsoft beli OS DOS. dan karena udah beli, maka OS itu adalah milik mereka. wajar toh?
kata2 “mari bersatu, mari menuju kejayaan, mari menyambut kemenangan” semua itu adalah kata2 normatif yang selalu benar. karena itulah politisi sering menggunakannya. yang diperlukan sekarang adalah konkritnya. contoh konkrit bersatu itu gimana?