
Ini sebenernya masih lanjutan dari artikel sebelumnya (tentang usulan kurikulum teknik industri).
Beberapa rekan berdiskusi tentang dosen-dosen yang sangat murah nilai. Jadi pada kenyataan dilapangan, tiap mahasiswa yang diajar oleh dosen tersebut, asalkan tidak neko-neko banget (ngak bolos ngak karuan, ngumpulin tugas, dll) hampir bisa dipastikan mendapat nilai tinggi (dapat A atau B). Suatu nilai yang didapat dengan penuh perjuangan jika anda kuliah di universitas lain yang berkualitas baik.
Tentu ada yang pro & kontra dengan kelakuan dosen yang mengkatrol nilai seperti ini. kebetulan juga pernah ngobrol dengan dosen seperti ini, anggap saja namanya pak badu (samaran), seorang dosen senior di sebuah institusi pendidikan. berikut komentar beliau:
“saya tuh mad, kalo ngajar ngak pelit ngasi nilai. terus terang saya juga ngak ngerti apa yang diajarin kok. tau ngak, saya tuh pernah ngajar mata kuliah pilihan xxx. biasanya, yang namanya mata kuliah pilihan itu sedikit banget yang ngambil kan yah? tapi ini yang ngambil sampai 120 orang (120 orang ini banyak loh untuk ukuran sekolah tinggi). tau ngak kenapa? karena saya ngak pelit ngasi nilai. tiap mahasiswa yang ngambil pokoknya dapet A atau B ajah. asal ngumpulin tugas, ngak bolos, ikut ujian, pokoknya mah bagus aja nilainya. ini mata kuliah kan membahas teknologi terkini, terus terang saya juga ngak ngerti banget tuh teknologi. kalo saya beri tugas, paling juga saya suruh presentasi. jadi saya sebenernya juga belajar dari mereka itu. ngak tau benar/salah pemahaman mereka, yang penting udah buat tugas aja, dapat deh nilainya. lagian saya sibuk sih, ngurus project. blom lagi ngurusin administrasi jurusan, rapat ini dan itu. itu tugas-tugas yang dikumpulin saya lihat sekilas aja, pake feeling. hehehe”
“Ampuuun gusti, innalilahi…”, kata saya dalam hati. mudah-mudahan yang bersangkutan diberi pencerahan dari yang maha kuasa karena menurut saya ini adalah tindakan yang kurang baik, yang merupakan sebuah pelanggaran moral. mari kita bahas tentang ini lebih mendetil.
dari perspektif motif pelaku, menurut saya sang dosen melakukan ini untuk menutupi kekurangannya. entah karena cara mengajarnya kurang baik, kurang dalam pemahaman materi yang akan disampaikan, kurang presensi alias dosen jarang masuk karena sibuk cari ceperan duit dengan project-projectnya, kurang waktu alias males memeriksa tugas-tugas yang dikumpulkan, serta ratusan alasan lain yang membuat dia mengkatrol nilai. bagi saya pribadi, jika memang punya kekurangan, yang dilakukan adalah perbaikan, bukan menutup-nutupi. menutup-nutupi tidak akan merubah keadaan, pada waktunya, orang akan tahu bahwa ada yang kurang. pak kadarsyah, seorang ahli pendidikan dari ITB, ketika berbicara dalam rakor mata kuliah di ITT, dengan gamblang menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, bukan dengan cara mengatrol nilai, melainkan dengan perbaikan pada deliverynya. jika sang dosen ngak ngerti materi, ya belajar sehingga menjadi tahu, atau cari orang lain yang lebih paham, dari praktisi misalnya.
dari perspektif industri. saya berdoa semoga tidak banyak dosen yang mengkatrol nilai seperti ini, dan bagi yang sering katrol nilai, saya berdoa semoga dibukakan hatinya untuk kembali ke jalan yang lurus. hehehe :-p. dari perspektif industri, jika berpikir jangka panjang, jika mereka menerima terus2an lulusan dengan IPK tinggi tapi ngak bisa apa2, maka kepercayaan industri terhadap institusi akan runtuh. percuma saja kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun oleh para alumni dengan susah payah, lalu hancur dalam sekejab oleh kelakuan dosen ini? seorang pengajar, oei pek jin, juga berkomentar tentang mahasiswa LTM (Lulus tanpa mutu) disini.
Sebagai seorang praktisi di bidang telekomunikasi, saya tidak bisa membayangkan jika saya memberi nilai bagus kepada mahasiswa saya pada mata kuliah telecommunications network, dimana mereka belum paham bedanya broadcast & collision domain, belum paham bedanya segmentation & encapsulation, kenapa ada 2 adressing scheme?, dsb, kemudian lulus dan ikut interview pada perusahaan infokom untuk posisi enginer. apa kata dunia? di transkrip akademik tertulis dapat nilai A tapi setelah ditanya kok masih bingung yah? apakah ini bisa dianggap sebuah tipu-tipu? ahh… orang2 asing akan berpkir, aahhh… orang indon memang tidak bisa dipercaya.
dari perspektif fairness (trade). bagi umat muslim, nabi muhammad adalah seorang panutan yang baik, karena dia adalah seorang yang jujur, pintar, amanah, dapat dipercaya, bicara apa adanya, memegang janji. nabi muhammad adalah seorang trader (padagang) dimana selalu jujur, tidak curang dengan memberatkan timbangannya. universitas menurut saya adalah seperti trading aja dimana ada proses transaksi jual & beli. sang mahasiswa menyetorkan sejumlah uang untuk mendapatkan ilmu, dan pihak universitas memberikan ilmu yang diminta. nah jika ada yang main katrol begini, bukankah ini bisa dianggap curang yah? memang efeknya tidak langsung terlihat, tapi yang jelas ini seperti bom yang tinggal nunggu waktu untuk meledak. dan ketika bom itu berdentum, semua sudah terlambat. menyesal itu selalu ada dibelakang kan yah?
dari perspektif KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme). bagi orang2 yang mengurus administrasi ke kantor pemerintah, sudah pasti tahu tentang praktek suap kepada petugas. motif suap kepada petugas biasanya dilakukan jika pemohon mempunyai kekurangan atau agar urusannya lancar. katrol nilai menurut saya, juga mirip kasus suap. Mungkin jadi, agar para mahasiswa ngak komplain tentang kekurangan sang dosen, maka dilakukanlah suap untuk membungkam mereka. jadi menurut saya, jika oknum dosen itu mengeluh tentang suap, maka sesungguhnya dia jugalah yang mengajarinya. akan lebih lucu lagi jika oknum dosen itu bicara tentang pesantren, agama, dll
bagi para mahasiswa yang membaca, ketahuilah, seharusnya anda adalah seorang yang diperlakukan dengan baik seperti layaknya seorang raja. kenapa? karena anda telah membayar kewajiban anda sehingga layak mendapat hak. tahukah anda bahwa justru andalah yang menggaji para dosen itu? iya betul sekali, andalah yang membayar gaji2 dosen itu. oleh karena itu para mahasiswa sekalian, janganlah mau hak anda di pelintir sewenang-wenang oleh oknum-oknum ini. Carilah ilmu setinggi-tingginya, karena dunia industri butuh orang berilmu, bukan sekedar IPK tinggi dengan kepala hampa. Bersatulah, gunakan corong2 organisasi, social media, blog, surat pembaca, atau apapun untuk menyalurkan aspirasi anda. tuhan akan selalu berpihak kepada kebaikan. perlu diingat, ini bukan berarti malah mahasiswanya yang rame2 minta katrol nilai bagus. kalo begini, berarti udah parah kali iklimnya.
bagi dosen yang membaca, mohon ingatkan temannya tersebut. Bagi yang masih percaya tuhan, percayalah bahwa anda akan diminta tanggung jawab ketika nanti sudah dipanggil yang maha kuasa.
Sekali lagi menurut saya, sebagai seorang pengajar, dalam setiap pengajaran, kita pasti punya standard pemahaman material dan nilai. Silahkan jalankan standard itu dengan baik, periksa tugas-tugas yang dikumpulkan, beri feedback jika diperlukan, serta berikan nilai apa adanya, tidak kurang, tidak lebih.
Tulisan ini adalah opini pribadi dan tidak untuk merendahkan siapa-siapa, bukan sok suci tanpa noda. penulis juga berdoa semoga selalu konsisten dengan apa yang diyakininya dan selalu dituntun ke jalan yang lurus. amiin…
URL pendek: http://wp.me/pRkxT-TQ
[…] saya tulis disini. […]
ckckck ini yang harus diberantas pak Achmad.. masih ada rekan-rekan yang ngobral nilai tapi anak didik kita kehilangan esensi mengapa mereka harus tangguh, gigih dalam berjuang meraih nilai A.
Diluar itu semua, bentuk dosen2 yang seperti ini yang merusak ilmu yang disampaikan. 🙂
@taufik nur adi: thank buat supportnya pak 🙂
Dosen aku dlu ad yang hebat bgt kalau ngajar, disiplin, teliti, gk pilih kasih n membeda2kan, n ngajarin kita utk bersaing scr sehat, gk saling iri n menjatuhkan, hampir gk ad yg berani n mau bolos dikelasnya, kita yg bodoh2 n pemalu jg tertular m cerdasnya, kepercayaan dirinya, n lbh rajin lagi… tapi gk pelit nilai tuh, n gk mempersulit mahasiswanya (terkenang bgt, habis digoreng2 dpt hasil perjuangan walaupun kitanya blm perfect) , krn menurut dia jd dosen bukan sekedar jd pengajar tp jd pendidik. Byk org indonesia yg cerdas tp didikan yg dia dpt kurang baik makanya byk yg korup atau melakukan hal yang lain2 yg bertentangan dlm norma n agama, kalau sdh begitu, bgmana indonesia bakal maju ditangan org2 begini??
Jd jgn menyalahkan, jalanin aja kewajiban sebaik n setulus mungkn kyk dosen aku n memberi hak org lain jg.